Laman

25 Februari 2013

Vacancy : Programme Assistant International Organization for Migration (IOM) Indonesia


International Organization for Migration (IOM) Indonesia is looking for an Programme Assistant according to the terms of reference below:

 Position title: Programme Assistant
 Position grade: General Service Staff, Grade 5 (Base Salary: IDR 12,418,167 per month)
 Duty station: Jakarta – Indonesia
 Type of Contract: Special All Inclusive Contract for 6 (six) months, subject to the medical clearance (the first three months will be considered as probation period). The tenure of contract of internal candidate holding a Fixed Term/Regular contract will remain unchanged.

 RESPONSIBILITIES AND ACCOUNTABILITIES

1. Lead administrative duties in close coordination with the National Programme Officer and ensure that all administrative as well as logistics arrangements are carried out efficiently, effectively and promptly.
2. Drafting official letters and correspondence for project/program, both in English and Bahasa Indonesia; compile agenda; minutes of meetings and related documentation.
3. Provide specialized administrative assistance, ie. The maintenance of the updated contact details; important documents related to the project/program activity; the filing of incoming and outgoing letters and other supporting documents.
4. Provide activity report and maintain accurate activity records.
5. Assist in the planning, coordination and arrangement for successful conduction of meetings, and mission events, such as conferences/seminars/presentations.
6. Coordinate with Procurement Unit to obtain the best service providers and local suppliers for events; and ensure that requests for payment due are accurate and necessary. Tasks to include receiving, verifying and checking of all incoming invoices/official receipts for payments of project/program-related events and activities, and also to ensure all required valid supporting documents are provided.
7. Preparation of all necessary requirements, logistics and administrative, for mission travels, which includes hotel arrangements, travel itineraries, airport transfers, tickets and cash advance requests.
8. In close coordination with the National Officer, prepare the Purchase Request Form to include all necessary operational expenses for events.
9. Responsible for preparing, managing and handling of cash advances or travel allowances, also for government officials, and prompt coordination with Finance Unit in relation to settlement of cash advances or travel allowances.
10. Provide good translations and fluent, correct interpretation (English to Bahasa Indonesia & vice versa).
11. Develop and prepare presentation materials in close coordination with National Officer.
12. Present materials at seminars, if and when required.
13. Attend meeting, if and when required.
14. Travel on mission, if and when required, to provide and manage administrative as well as logistics of events.
15. Follow up and maintain coordination with necessary institutions/ministries and/or other authorities, if and when requested, and in close coordination with the National Officer.
16. Identify issues affecting efficient process delivery and recommend remedial actions. Perform other duties as may be assigned

 EDUCATION AND EXPERIENCE

- University degree International Relation, Business Administration, Management, and/or Accounting or Finance.
- Excellent computer skills: Power Point, Excel, Word and Outlook required.
- At least five years of experience in Administration, Logistics and Finance at International Organization.

 LANGUAGES

Fluency in English and Bahasa Indonesia, both oral and written

 HOW TO APPLY

- Interested candidates are invited to send the application in ENGLISH, with : Cover letter, clearly specify suitability and availability date,
- Complete the Personal History Form which can be downloaded at the following link :
http://www.iom.or.id/loadpdf.jsp?lang=eng&pgs=pcmain&file=phform.xls
- Detailed curriculum vitae, including historical salary and minimum three referees (preferably former direct supervisors).
read more...

Share

STUDI PENERAPAN FIRE SAFETY MANAGEMENT (FSM)

Abstrak
Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di kota-kota besar di Indonesia maka kebutuhan infrastruktur juga semakin meningkat. Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak lepas dari efek perkembangan jumlah penduduk tersebut. Sehingga tidak dapat kita pungkiri akan kebutuhan bangunan gedung, terutama bangunan kantor, kampus, rumah sakit dan bangunan komersil (hotel dan pusat perbelanjaan)  semakin meningkat
  
Pembangunan gedung-gedung harus sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 2002 (UUBG 2002). Undang-undang ini menghendaki terciptanya suatu bangunan gedung yang aman, nyaman dan  produktif bagi penghuninya. Faktor keselamatan merupakan salah satu persyaratan penting yang harus dipenuhi  oleh sebuah bangunan gedung.

Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan terhadap bahaya kebakaran. Kebakaran merupakan suatu hal yang harus di waspadai karena dapat menimbulkan resiko kerugian material dan korban jiwa. Jika di pandang dari segi besarnya, maka kerugian akibat jatuhnya korban jiwa baik karena kematian maupun cacat fisik akan jauh lebih besar dari kerugian marteril yang di sebabkan rusaknya atau musnahnya bangunan tersebut. Hal ini dapat dimengerti, sebab kerusakan suatu bangunan dapat di tanggulangi dengan asuransi dan bangunan dapat didirikan kembali, sedangkan kehilangan jiwa tidak dapat digantikan dan dapat berdampak sangat luas. Bencana kebakaran merugikan bagi semua pihak, baik pemilik bangunan, pengelola bangunan, atau masyarakat lainnya yang berada dalam gedung. 

Ancaman bagi keselamatan jiwa jika terjadi kebakaran selain ditimbulkan oleh api juga bisa ditimbulkan oleh asap, sesungguhnya asap lebih berbahaya dari api sebab menghasilkan gas-gas beracun, menjalar lebih cepat dari api dan menimbulkan kepanikan karena kepekatannya. Besarnya resiko kehilangan korban jiwa oleh kebakaran pada suatu bangunan gedung  di sebabkan oleh beberapa hal antara lain kompleksitas rancangan bangunan yang menyangkut bentuk, luas, ketinggian, bahan kontruksi dan interior, serta karakteristik penghuninya. Jika penghuni bangunan berada dalam kondisi fisik yang lemah seperti pasien di rumah sakit maka resiko ini akan semakin besar, dalam kasus yang seperti ini bahkan evakuasi atau pemindahan pasien dari tempat berbaring merupakan hal yang mengandung resiko yang sangat besar.

Menurut Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan (2004) yang mengutip dari Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri bahwa antara tahun 1997-2001 terjadi 1.121 kasus kebakaran dengan 76,1 % terjadi di tempat kerja dan 23,9 % terjadi di bukan tempat kerja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2006) tentang penerapan sistem keselamatan jiwa terhadap bahaya kebakaran pada perancangan bangunan rumah sakit di Bandung menghasilkan bahwa tiga dari empat rumah sakit yang diteliti di Bandung tidak aman terhadap bahaya kebakaran khususnya bagi keselamatan jiwa penghuninya. Hal-hal yang menyebabkannya adalah karena tidak adanya alarm detektor asap, adanya koridor buntu, tidak adanya horizontal exit yang membentuk suatu area penyelamatan sementara yang dapat menahan penjalaran asap, tangga- tangga yang tidak tertutup dan tidak di proteksi baik oleh dinding pintu tahan api maupun oleh alat pengontrol asap yang membentuk bukaan vertikal sebagai media penjalaran asap. Adanya area berbahaya seperti ruang linen, gudang perabot bekas, ruang penyimpanan tabung serta locker yang tidak dilengkapi dengan alat detektor atau splinker. Kondisi manajemen  kebakaran pada setiap rumah sakit masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan manajemen kebakaran khususnya frekuensi latihan evakuasi yang akan mempengaruhi kesiapan dan kesigapan personil apabila keadaan darurat terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Lasino dan Fefen Suhendi  (2005) dari Balai Sains Bangunan Puslitbang Permukiman Departemen Pekerjaan Umum tentang penerapan manajemen keselamatan kebakaran (Fire Safety Management) pada bangunan gedung tinggi di Indonesia menyimpulkan bahwa  pada dasarnya Fire Safety Management (FSM) telah di jalankan pada bangunan gedung dengan bentuk dan kulitas yang beragam. Didapati bahwa bangunan komersil (hotel dan pusat perbelanjaan) memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan Fire Safety Management (FSM) dibandingkan dengan bangunan perkantoran dan rumah sakit. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan Fire Safety Management (FSM) dapat dikelompokan menjadi : 1) kendala personil (baik kuantitas maupun kualitas), 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan, 3) kebijakan (baik kebijakan internal maupun kebijakan external).

Bahaya kebakaran dapat datang secara tiba-tiba, namun bencana ini dapat dihindari oleh penghuni bangunan tersebut melalui penerapan ketentuan dan persyaratan teknis kontruksi yang berlaku pada setiap pembangunan gedung. Untuk menjamin tingkat keselamatan sebuah bangunan gedung agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya maka perlu dilengkapi dengan system proteksi aktif, system proteksi pasif dan penerapan Fire Safety Management (FSM). Menurut Kepmenneg PU No. 10/KPTS/2000 Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK)/ Fire Safety Management  (FSM) bangunan gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk mengupayakan kesiapan pengelola, penghuni dan Regu Pemadam Kebakaran (RPK) terhadap kegiatan pemadaman yang terjadi pada suatu bangunan gedung. 

Elemen sentral dalam strategi pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran penerapan kualitas Fire Safety Management (FSM), bisa jadi sebuah bangunan gedung di lengkapi dengan proteksi aktif  yang hebat dan memiliki rancangan proteksi pasif yang baik, akan tetapi semua itu tidak akan banyak berguna sepanjang waktu apabila prinsip-prinsip manajaemen keselamatan kebakaran tidak diaplikasikan dengan baik.

Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa sebagian besar bangunan gedung belum menerapkan sistem Fire Safety Management  (FSM), sistem ini hanya diterapkan pada saat peresmian bangunan saja, seiring dengan berjalannya waktu Fire Safety Management  (FSM) ini juga tidak berjalan dengan berbagai alasan atau tidak konsisten dalam pelaksanaannya 
__________________________________
Penjelasan di atas menggambarkan betapa pentingnya Fire Safety Management  (FSM) untuk diterapkan, oleh karena itu saya (penulis) sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini, dan akhirnya saya bisa melakukan penelitian ini sebagai bahan skripsi.

Bagi yang ingin mendapatkan skripsi saya versi lengkapnya silahkan untuk mendownload di sini.

Dikarenakan skripsi ini sudah didaftarkan menjadi Hak Kekayaan Intelektual oleh kampus saya, mohon untuk mencantukan sumber nya, agar tidak terkadi hal yang tidak di inginkan.


read more...

Share